Pages

Thursday, March 28, 2013

NEGARA MAJU, NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA TERBELAKANG



Pada dasarnya pembagian suatu negara dapat digolongkan menjadi 3, kategori yaitu: negara terbelakang, negara sedang berkembang dan negara maju. Untuk mengetahui dengan pasti apakah suatu negara masuk kategori negara berkembang atau bukan tidaklah mudah, sebab dibutuhkan banyak syarat atau indikator yang mungkin tidaak dapat dipenuhi oleh suatu negara. Oleh karena itu suatu negara kaya belum tentu menjadi negara maju, karena ada beberapa syarat yang tidak dapat dipenuhi, seperti kemajuan dibidang ekonomi, teknologi dan kondisi sosial politik.
Negara miskin atau terbelakang pada umumnya dimasukkan dalam kategori negara sedang berkembang. Apabila dibandingkan sebetulnya memasukkan negara miskin atau terbelakang dalam kategori negara sedang berkembang adalah kurang pas, sebab kondisi kedua negara tersebut sangat berbeda. Sehingga apabila berbicara masalah negara sedang berkembang akan selalu terkait didalamnya tentang negara miskin itu sendiri.
Sebelum berbicara masalah negara sedang berkembang terlebih dahulu perlu diketahui tentang negara miskin atau negara terbelakang.
1.    Negara Terbelakang
Menurut Paul Hoffman (Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan; 1993), menggambarkan keadaan suatu negara terbelakang dalam suatu ungkapan sebagai berikut: setiap orang dapat memahami suatu negara terbelakang apabila ia melihatnya. Ia adalah suatu negara yang ditandai oleh kemiskinan kota yang dipadati oleh pengemis dan penduduk desa yangsulit untuk mencari nafkah dikampung halamannya sendiri. Ia adalah suatu negara yang jarang memiliki suatu industri, seringkali dengan persediaan tenaga dan listrik yang tidak memadai. Negara seperti itu baisanya tidak memiliki jalan raya dan jalan kereta api yang cukup, pemerintah belum dapat memberikan pelayanan yang memadai dan komunikasi yang ada biasanya buruk. Rumah sakit dan lembaga pendidikan tinggi sangat rendah. Sebagian besar masyarakat miskin, ada pula beberapa daerah yang makmur dengan segelintir penduduk yang hidup dalam kemewahan. Sistem perbankan jelek, pinjaman dalam kecil terpaksa diperoleg dai pemilik uang yang tidak lebih baik daripada seorang lintah darat. Di antara ciri menonjol negara terbelakang adalah ekspornya ke negara lain sama sekali terdiri dari bahan mentah, hasil tambang atau buah-buahan atau beberapa bahan makanan dan mungkin ditambah dengan sedikit hasil kerajinan tangan yang halus. Penanaman atau pengusahaan ekspor bahan mentah seringkali berada di tangan perusahaan asing.
Menurut World Development Report 1982, 48,3 persen penduduk dunia termasuk golongan penduduk yang terbelakang dengan pendapatan perkapita kurang dari $ 300 USA. Di lain pihak 16,3 persen penduduk dunia yang hidup di negara industri mempunyai pendapatan perkapita sebesar $ 10.320 USA dan hanya 4 negara pengekspor minyak Asia Barat dengan penduduk hanya sebesar 0,3 persen penduduk dunia mempunyai pendapatan perkapita sebesar $ 12.630 USA. Dari angka tersebut menggambarkan betapa luasnya kemiskinan di dunia ini. Kebanyakan negara miskin ini terletak di kawasan Asia, Afrika dan Amerika Latin.
1.1 Karakteristik Negara Miskin
a.    Pertanian Mata Pencaharian Utama
Di Negara terbelakang 2/3 atau lebih penduduk tinggal didaerah pedesaan dan mata pencaharian utama adalah pertanian. Mereka yang bekerja dibidang pertanian berjumalah 4 X penduduk petani dinegara maju. Pemusatan yang berlebihan pada pertanian merupakan pertanda kemiskinan. Pertanian sebagai mata pencaharian pokok kebanyakan tidak bersifat produktif, terutama karena ia dilakukan dengan cara kuno dan dengan metode produksi usang serta ketinggalan jaman.
b.   Ekonomi Dualistis
Hampir semua Negara berkembang mempunyai perekonomian yang dualistis. Disatu pihak berekonomi pasar dan dipihak lain berekonomi pertanian. Yang pertama berpusat dan di dekat kota sedang yang lain didaerah pedesaaan yang satu maju dan yang lain kurang maju. Dengan berpusat dikota ekonomi pasar berciri ultra modern sedangkan ekonomi pertanian sangat terbelakang dan berorientasi pada pertanian.
c.     Sumber Alam Kurang Terolah
Sumber alam suatu Negara terbelakang disebut kurang terolah dalam arti sumber tersebut tidak atau kurang dimanfaatkan. Suatu Negara mungkin saja kekurangan sumber alam, tetapi tidak dalam arti relatifnya. Mesekipun suatu Negara miskin dalam sumber alam tetapi ada kemungkinan dimasa depan Negara itu akan berubah menjadi pemilik sumber alam yang besar sebagai hasil penemuan sumber yang sekarang belum diketahui atau karena penggunaan sumber yang ada dengan cara baru.
d.   Ciri-Ciri Demografi
Negara terbelakang sangat mengemukakan satu sama lainnya. Karena posisi demografi dan kecenderungannya. Hal ini disebabkan oleh luas, kepadatan, struktur usia dan laju pertumbuhan pnduduk yang beragam. Namun demikian, ada satu kesamaan ciri, yaitu pertambahan penduduk yang cepat. Berbareng dengan tingkat pendapatan yang rendah dan nihilnyatingkat pemupukan modal, maka kian lengkaplah kesulitan bagi Negara seperti itu menopang pertambahan penduduknya. Dan sekiranya output meningkat sebagai hasil perbaikan tehnologi dan pemupukan modal, peningkatan tersebut akan segera ditelan oleh pertambahan tersebut. Akibatnya, tak ada perbaikan taraf hidup yang berarti.
Hampir semua Negara terbelakang mempunyai potensi pertumbuhan penduduk yang tinggi serta dibarengi oleh tingkat kematian yang cenderung menurun. Di sebagian besar Negara terbelakang, kepadatan penduduk di daerah pertanian begitu tinggi dibandingkan dengan luas tanah yang dapat ditanami. Kelangkaan tanah dalam kaitannya dengan besar penduduk menyebabkan penanaman berlebihan dan penggarapan tanah tanpa sela dengan demikian berarti justru menghambat kemajuan ekonomi.
e.    Pengangguran Dan Pengangguran Tersembunyi
Di Negara terbelakang dijumpai pengangguran dan pengangguran tersembunyi dalam jumlah besar. Pengangguran di kota membengkak seiring dengan urbanisasi dan meningkatnya pendidikan. Akan tetapi sector industri tidak berkembang sejalan dengan pertumbuhan tenaga kerja, sehingga memperbesar pengangguran. Disamping itu ada pula penganggur yang berpendidikan. Mereka gagal mendapatkan pekerjaan karena tegarnya struktur dan tiadanya perencanaan tenaga kerja. Dengan tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan penduduk kota sebesar 4,5 %, 20 % adalah penganggur. Adapula jenis pengangguran tersembunyi lainnya dinegara seperti ini umpama apabila seseorang karena menganggur terpaksa melakukan pekerjaan yang menurutnya tidak sesuai dengan keinginannya atau tidak sepadan dengan pendidikannya.
Lebih jauh ada pula yang bekerja sehari penuh tetapi dengan imbalan yang sangat sedikit hanya cukup untuk bangkit dari batas kemiskinan. Mereka adalah pedagang keliling, pedagang kecil, pekerja hotel dan restaurant dan bengkel-bengkel reparasi dikota. Mereka ini juga terhitung penganggur tersebunyi.
f.     Keterbelakangan Ekonomi
Keterbelakangan ekonomi berupa efisiensi tenaga kerja yang rendah berbagai sector yang tidak mobil, terbatasnya spesialisasi dalam jenis pekerjaan, dan dalam perdagangan, kebodohan serta struktur nilai dan sosial yang memperkecil kemungkinan perubahan ekonomi.
Sebab utama keterbelakangan adalah defisiensi atau produktifitas tenaga buruh yang rendah dibandingkan dengan Negara maju. Efisiensi tenaga buruh yang rendah umumnya berasal dari kemiskinan yang terlihat dari standar gizi yang tidak mencapai kuantum, kesehatan yang buruk, buta huruf, dan tiadanya mobilitas pekerjaan dan pendidikan.
g.        Ketiadaan inisiatif dan usaha
Ciri khas lain Negara terbelakang adalah tiadanya kemampuan wiraswasta. Kewiraswastaan terhalang oleh system sosial yang menutup daya cipta. Kekuatan adapt istiadat, ketegaran status dan kecurigaan pada gagasan baru dan kecurigaan pada keinginan intelektual, kesemuanya menciptakan iklim yang tidak menunjuang eksperimen dan inovasi. Pasar yang sempit, ketiadaan modal, ketiadaan milik pribadi, ketiadaan kebebasan berkontrak, ketiadaan hokum dan ketertiban, semuanya merintangi prakarsa dan usaha. Pada kebanyakan Negara terbelakang tidak saja perusahaan swasta tetapi juga perusahaan Negara sulit tumbuh karena mekanisme administrasi tidak bekerja secara efisien.
h.   Kelangkaan Alat Modal
Kelangkaan alat modal merupakan ciri umum lain dari Negara terbelakang. Negara terbelakang diartikan sebagai perekonomian yang miskin modal atau dengan tabungan dan investasi yang rendah bukan saja persediaan modal yang sangat kecil tetapi pemupukan modalnya sangat rendah. Investasi bruto hanya sekitar 5 – 6 % dari pendapatan nasional bruto. Sedangkan dinegara industri adalah kira-kira 15-20%.
i.      Keterbelakangan Teknologi
Disamping itu semua Negara terbelakang juga berada pada tingkat tehnologi yang amat tidak efisien. Keterbelakangan tehnologi pertama tercermin pada ongkos produksi rata-rata yang tinggi meski upah buruh rendah; kedua pada tingginya rasio buruh – output dan modal – output pada umumnya factor harga yang konstan mencerminkan produktivitas buruh dan modal yang rendah; ketiga pada besarnya jumlah tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih dan yang terakhir pada besarnya barang-barang modal yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output nasional.
j.      Orientasi perdagangan luar negeri
Orientasi perdagangan luar negeri terlihat pada ekspor barang-barang primer dan impor barang-barang konsumsi dan mesin. Peranan minyak, barang tambang, logam, dan barang primer lainnya dalam mata dagang ekspor.
Perekonomian hanya terpusat pada produksi barang primer untuk ekspor,   akibatnya sector ekonomi lainnya terabaikan. Perekonomian menjadi rentang terhadap fluktuasi harga internasional barang-barang ekspor tersebut. Depresi dunia akan menjatuhkan permintaan dan harga sebagai akibatnya keseluruhan perekonomian akan terkena efek buruk. Karena tergantung pada mata dagang ekspor perekonomian akan menjadi sangat tergantung pada impor. Impor biasanya terdiri dari bahan baker, barang pabrik, mata dagang primer, alat-alat transport dan mesin, dan bahkan makanan.

2.    Negara Sedang Berkembang
Karakteristik atau ciri-ciri negara berkembang satu dengan yang lain tidak sama, seperti misal kondisi negara berkembang di Asia tentu tidak sama persis dengan kondisi negara berkembang di Afrika atau Amerika Latin. Namun demikian bukan berarti bahwa karakteristik atau ciri-ciri negara berkembang tidak bisa di generalisasikan. Untuk itu dalam bab ini akan dibahas karakteristik atau ciri-ciri negara sedang berkembang dari beberapa pendapat:
a. Menurut Michael Todaro
Mengklasifikasikan ada 6 kategori atau ciri-ciri suatu negara berkembang (Economic Development, 2000), yaitu:
1) Tingkat kehidupan yang rendah
Di negara berkembang pada umumnya ditandai dengan adanya tingkat kehidupan yang rendah. Sebagian besar penduduknya hidup dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Tingkat kehidupan yang rendah ini dapat diwujudkan dalam bentuk secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif dapat diwujudkan dalam bentuk tingkat pendapatan yang rendah (kemiskinan), secara kualitatif dalam wujud fasilitas perumahan yang tidak memadai, sarana kesehatan yang buruk, pendidikan terbatas atau tidak berpendidikan sama sekali, tingkat kematian bayi yang tinggi, umur penduduk yang pendek, harapan kosong dan pada umumnya disertai dengan perasaan kacau dan putus ada.
2) Tingkat produktivitas yang rendah
Sebagian besar tingkat kehidupan penduduk di negara berkembang sangat rendah, hal ini mengakibatkan produktivitas sebagian besar penduduk juga menjadi rendah. Berbeda sekali keadaannya bila dibandingkan dengan tingkat produktivitas penduduk di negara maju. Produktivitas yang rendah ini terutama produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan yaitu perbandingan antara out put yang dihasilkan dengan in put pertenaga kerja sangat kecil. Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan beberapa konsep dasar ekonomi. Sebagai contoh misalnya : prinsip penghapusan produktivitas marjinal menyatakan bahwa, jika meningkatnya jumlah faktor variabel tenaga kerja yang dipergunakan untuk memenuhi jumlah faktor lain (modal, tanah, material dll), maka diluar jumlah tertentu, ekstra atau produk marjinal faktor variabel lain akan turun, oleh karena itu rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja bisa juga disebabkan dengan tidak adanya atau kurangnya berbagai faktor input/ masukan komplementer, seperti modal fisik atau manajemen yang berpengalaman.
Untuk mengatasi hal tersebut sebagai argumen yang diajukan adalah tabungan-tabungan dalam negeri dan keuangan dari luar negeri haruslah di mobilisasikan untuk mempercepat pembentukan investasi baru dalam barang-barang modal fisik dan juga untuk menyediakan stok modal tenaga kerja manusia seperti, keterampilan manajerial melalui investasi di bidang pendidikan dan latihan.
3) Pertumbuhan populasi dan beban tanggungan yang tinggi.
Di negara berkembang tingkat pertumbuhan penduduk masih sangat tinggi, dengan demikian tingkat kelahiran juga semakin tingkat dan sebagai akibatnya jumlah penduduk semakin bertambah besar. Rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk di negara sedang berkembang ini diatas 2 persen pertahun. Berbeda dengan keadaan di negara maju dimana tingkat pertumbuhan penduduk ini rata-rata kurang dari 1 persen pertahun. Dengan jumlah penduduk yang semakin membengkak ini mengakibatkan beban tanggungan juga semakin tinggi. Anak-anak dan orang tua merupakan suatu beban tanggungan yang secara ekonomi mereka termasuk golongan yang nonproduktif.


Dari tabel 3-1 di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 penduduk Asia yang paling banyak adalah pada negara Cina, yaitu sebesar 1,334 milyar jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar itu Cina juga menduduki ranking pertama jumlah penduduk di dunia. Rangking ke dua jumlah penduduk terbanyak tingkat Asia adalah India dengan jumlah penduduk sebanyak 1.203 juta jiwa. Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 232 juta jiwa menduduki ranking ketiga di tingkat Asia.
Menurut hasil survei harian the Asian Wall street journal edisi 23 Oktober 2000, mengenai ekonomi Asia yang diberi judul The changing Face of Asia, menunjukkan bahwa secara garis besar memberikan gambaran perubahan besar yang bakal terjadi di Asia di masa yang akan datang. Perubahan yang paling besar adalah di sektor demografi.
Perubahan dalam sektor demografi tidak akan terjadi dalam waktu yang pendek, tetapi jangka waktu yang panjang sekitar 10, 20, atau 30 tahun mendatang. Sementara itu, Singapura sepuluh tahun yang akan datang akan menjadi negara paling kaya di Asia menggantikan posisi Jepang, sebaliknya untuk Indonesia, India dan Filipina menempati posisi paling bawah. (Kompas, 7 November 2000)
4) Tingkat pengangguran dan pengangguran semu yang tinggi.
Salah satu faktor yang mengakibatkan rendahnya tingkat kehidupan penduduk di negara sedang berkembang adalah kurangnya penggunaan tenaga kerja yang ada secara efisien. Tenaga kerja yang ada masih banyak yang bekerja tetapi terkadang tidak sesuai dengan tingkat keahlian yang dipunyai, sehingga mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak optimal. Jenis tenaga kerja yang seperti ini seringkali dikategorikan sebagai pengangguran semu.
Pada umumnya penduduk di negara sedang berkembang bekerja secara serabutan dan kebanyakan mereka mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasar seperti buruh bangunan buruh industri, dan sebagainya. Hal ini terutama terjadi untuk penduduk yang tinggal dipedesaan yang pada umumnya tingkat pendidikannya rendah, skill rendah dan ditandai dengan tingkat penghasilan yang rendah pula. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk juga mendorong semakin banyak jumlah tenaga yang menganggur. Untuk menyerap tenaga kerja yang menganggur ini seringkali Pemerintah mengalami suatu kendala yaitu kurangnya dana atau minimnya tingkat investasi yang ada.

Dari tabel 3-2 dapat dilihat bahwa, jumlah pengangguran yang paling besar pada tahun 2007 dan 2008 adalah lulusan sekolah menengah umum dan kejuruan yaitu sebesar 4.070.553 orang dan 3.812.522 orang, namun pada tahun 2009 menurun menjadi 1.337.586 orang. Jauh separuh di bawahnya, namun masih merupakan jumlah yang besar, adalah jumlah penganggur yang selesai pendidikan SD, yaitu 2.054.682 orang dan SLTP 2.133.627 orang pada tahun 2009. Pada tahun 2009 pengangguran tertinggi berada pada tingkat pendidikan tidak tamat SD yaitu sebesar 2.620.049 orang. Jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi tidak besar namun, dari persentase terhadap total lulusannya, jumlah 486.399 orang (diploma I/II/III/Akademi) dan 626.621 orang (sarjana universitas) adalah tinggi.
5)  Ketergantungan yang Sangat Terhadap Produksi Pertanian dan Produk-Produk Pokok Ekspor.
Sebagian besar penduduk di negara sedang berkembang tinggal di daerah pedesaan, yaitu sekitar 80 persen dengan mata pencaharian sebagai petani. Dengan demikian produk dari pertanian merupakan hasil utama penduduk sehingga penduduk sangat tergantung pada hasil pertaniannya. Pada umumnya pertanian yang dikerjakan penduduk termasuk pertanian dalam skala kecil dengan produksi yang relatif kecil pula. Biasanya di luar sektor pertanian penduduk tidak mempunyai keahlian/ keterampilan lain, sehingga apabila ada masalah yang berkaitan dengan pertanian, seperti bencana alam, penduduk menjadi kehilangan mata pencahariannya.
Karena hasil utama penduduk di negara sedang berkembang dari sektor pertanian, maka produk dari hasil pertanian ini yang dapat di ekspor. Dengan demikian ekspor penduduk di negara berkembang masih didominasi dari hasil pertanian. Di lihat dari struktur perekonomiannya negara sedang berkembang mempunyai orientasi pada sektor pertanian terhadap pendapatan nasional mempunyai prosentase yang paling besar jika dibandingkan dengan sumbangan dari sektor industri dan jasa.
6)  Dominasi, Dependensi dan vulnErabilitas (Sifat Mudah Tersinggung/ Terpengaruh) dalam Hubungan Internasional.
Di negara sedang berkembang yang masih didominasi adanya tingkat kehidupan yang rendah, yang ditandai dengan rendahnya tingkat pendapatan disertai dengan adanya distribusi penduduk yang dapat dikatakan timpang, tingginya tingkat pengangguran dan sebagiannya merupakan suatu masalah tersendiri. Hal itu semakin mengakibatkan adanya suatu ketidak adilan bila dibandingkan dengan keadaan di negara maju jauh berbeda.
Akibat lain adalah adanya peran yang sangat dominan yang dilakukan oleh negara maju dalam hubungan internasionalnya mengakibatkan negara sedang berkembang semakin tertekan. Konstribusi negara sedang berkembang yang sangat kecil ini mengakibatkan negara sedang mudah terpengaruh atau mudah tersinggung karena merasa diperlakukan tidak adil. Sebagai negara sedang berkembang tidak kuasa untuk melawan dominasi negara maju ini karena negara berkembang memang tidak mempunyai bargaining power.
b.   Menurut MEIER dan BALDWIN
Menurut Meier dan Baldwin (dalam Todaro, Economic Development, 2000, ada 6 sifat ekonomi yang terdapat di negara berkembang, yaitu :
1. Produsen Barang-Barang Primer
Negara sedang berkembang pada umumnya mempunyai struktur perekonomian pada sektor pertanian. Sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian. Hanya sebagian kecil saja penduduk yang bekerja di sektor non pertanian. Hasil dari sektor pertanian ini dapat dikatakan merupakan hasil dari sektor primer, sedang apabila hasil itu dari sektor industri, maka dikatakan sektor sekunder dan bila dari hasil jasa maka dikatakan sektor tersier. Semakin maju suatu negara maka semakin kecil sumbangan sektor primer ini terhadap pendapatan nasionalnya dan sebaliknya semakin besar sumbangan sektor industri dan jasa.
Adapun yang dimaksud dengan sektor primer ini adalah produksi dari hasil pertanian, kehutanan dan perikanan. Produksi sekunder meliputi hasil-hasil dari sektor industri, pertambangan dan bangunan. Sektor tersier meliputi hasil dari jasa-jasa seperti listrik, air minum, pemeliharaan kesehatan, pengangkutan, perdagangan, perhubungan dan sebagainya.
Sebagian besar yaitu sekitar 60 persen penduduk di negara berkembang sangat menggantungkan pendapatannya dari sektor primer. Hal ini dimungkinkan mengingat potensi sumber daya alam seperti, tanah di negara sedang berkembang relatif masih belum digunakan secara luas, disamping itu tenaga kerja yang ada kurang memiliki skill di bidang lainnya, selain pada sektor primer. Ciri yang menonjol di sektor primer ini ada penggunaan tenaga kerja yang melimpah dan tidak diperlukan keahlian khusus, yang pada umumnya tenaga kerjanya merupakan tenaga kerja secara turun temurun.
2. Masalah tekanan penduduk
Masalah penduduk di negara berkembang lebih banyak sebagai suatu beban bagi negara. Penduduk yang meningkat terus akan menjadikan suatu tekanan bagi kebijaksanaan pembangunan yang dijalankan oleh Pemerintah. Adapun masalah yang dapat ditimbulkan akibat perkembangan penduduk yang pesat ini antara lain, semakin meningkat tingkat pengangguran yang disebabkan makin menyempitnya luas lahan yang dimiliki jumlah penduduk yang besar yang diakibatkan masih tingginya angka kelahiran dan semakin berkurangnya angka kematian, semakin tingginya beban tanggungan yang harus dipikul, hal ini disebabkan makin banyaknya jumlah anak-anak dan orang tua yang harus ditanggung.
3. Sumber-sumber alam belum banyak yang diolah
Sumber alam di negara berkembang belum banyak yang diolah padahal negara berkembang terkenal akan kekayaan sumber alamnya. Dengan demikian sumber alam di negara berkembang masih sangat potensial dan belum menjadi sumber-sumber yang riil. Adapun masih bersifatnya potensial sumber alam di negara berkembang ini disebabkan terbatasnya kapital, skill dan jiwa kewiraswastaan yang dimiliki oleh penduduk negara berkembang. Pemanfaatan sumber alam di negara pada umumnya masih terbtas pada golongan tertentu saja yang mengambil manfaatnya. Artinya hanya sebagian kecil saja, yang dapat menikmati kekayaan alam tersebut dengan demikian masih belum adanya suatu pemerataan.
4. Penduduk masih terbelakang
Secara ekonomi, penduduk di negara berkembang relatif masih sangat terbelakang, artinya kualitas penduduk sebagai faktor produksi masih sangat rendah. Penduduk sebagai pelaku ekonomi masih kurang efisien, kurang mobil dalam pekerjaan baik secara vertikal maupun horisontal. Pada umumnya penduduk sulit untuk diajak berkembang dalam usaha meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Penduduk sulit untuk berganti pekerjaan, lebih-lebih untuk jenis pekerjaan yang sama sekali baru.
5. Kekurangan kapital
Negara berkembang pada umumnya merupakan negara miskin dengan demikian modal (kapital) di negara berkembang sangat kurang, kekurangan modal ini disebabkan rendahnya investasi yang ada. Rendahnya investasi disebabkan rendahnya tingkat penghasilan penduduk yang disebabkan rendahnya produktivitas.
6. Orientasi perdagangan ke luar negeri
Hampir semua negara di dunia ini mengadakan hubungan ekonomi dengan negara lain. Hubungan ekonomi ini dapat berbentuk hubungan perdagangan antar negara. Hubungan perdagangan terjadi mengingat suatu negara tidak mungkin dapat memenuhi semua kebutuhannya tanpa melakukan kerja sama dengan negara lain. Demikian juga dengan negara sedang berkembang pada umumnya melakukan transaksi ekspor dan impor dengan negara maju atau dengan sesama berkembang berkembang lain.
Pada umumnya negara sedang berkembang mengandalkan ekspor pada hasil-hasil pertanian yang masih berupa barang mentah atau barang setengah jadi. Dengan ekspor barang semacam itu nilai tukarnya rendah, jelas sekali hal itu kurang menguntungkan bagi negara berkembang karena nilai produknya dinilai sangat rendah sekali. Ekspor bagi negara sedang berkembang merupakan sumber pendapatan negara yang sangat diandalkan sebagai sumber devisa. Dengan demikian pendapatan devisa negara lebih banyak tergantung pada hasil ekspor ini.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik dari negara berkembang adalah sebagai berikut:
a.    Aktivitas penduduknya sebagian besar bersifat agaris
b.    Kurangnya kesempatan kerja
c.    Modal perorangan kecil
d.   Pendapatan perkapita kecil
e.    Jumlah tabungan kecil bagi sebagian besar masyarakat
f.     Adanya impor barang primer
g.    Fasilitas masih kurang
h.    Belum menguasai teknologi
i.      Angka kematian tinggi.
j.      Ilmu pengetahuan rendah

3.    Negara Maju
Negara maju adalah sebutan untuk negara yang menikmati standar hidup yang relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. Kebanyakan negara dengan GDP perkapita tinggi dianggap negara berkembang. Namun beberapa negara telah mencapai GDP tinggi melalui eksploitasi sumber daya alam tanpa mengembangkan industri yang beragam dan ekonomi berdasarkan jasa tidak dianggap memiliki status “maju”.
3.1 Karakteristik Negara Maju:
a.    Sebagian  besar pendapatan negara didapat dari industri
b.    Pendapatan perkapita tinggi
c.    Angka kematian kecil
d.   Tingkat pendidikan tinggi
e.    Iptek telah dikuasai
f.     Keadaan perekonomian lebih baik sebagian penduduk tinggal dikota
g.    Fasilitas disegala bidang terpenuhi
h.    Timbulnya krisi lingkungan segera diatasi
i.      Ekspornya lebih tinggi dari pada impor

Monday, March 25, 2013

ISTILAH MISKIN DAN KURANG BERKEMBANG

Kemiskinan hanyalah menunjukan pada rendahnya tingkatan pendapatan perkapita Negara. Istilah ini tidak ada hubungannya dengan budaya bangsa tersebut. Negara terbelakang adalah istilah statis seperti istilah “tidak berkembang”. Dengan demikian kata “miskin” dan “kurang berkembang” dapat saling dipertukarkan. Tetapi ahli ekonomi tertentu seperti Meier dan Baldwin serta Barbara Ward lebih suka menggunakan istilah Negara miskin dibandingkan Negara kurang berkembang. Barbara Ward mengatakan ; ungkapan kurang berkembang tidak begitu memuaskan, karena ia mengelompokkan secara bersama berbagai jenis kekurangberkembangan. Padahal kemiskinan hanya memusatkan diri pada pendapatan nyata perkapita yang rendah. Oleh karena itu Prof. Myrdal lebih suka menggunakan istilah yang lebih dinamis dan luas “kurang berkembang (Underdevelopment)”. Ia berpendapat, penggunaan konsep Negara kurang berkembang mengandung pertimbangan nilai bahwa Negara yang disebut dengan kualitas itu selayaknya mengalami perkembangan. Dalam arti inilah rakyat di Negara miskin menggunakan istilah tersebut dan memaksakan penggunaan istilah tersebut kepada rakyat di Negara lebih kaya.

Dalam literature ekonomi baru-baru ini muncul satu istilah yang lebih terhormat yaitu “Negara sedang berkembang (the developing countries)”. Ia digunakan sebagai pengganti istilah Negara kurang berkembang. Tetapi Prof Bauer menganggap istilah kurang berkembang, sedang berkembang, dan sedikit berkembang adalah Euphemisme belaka. Tapi untuk kata kurang berkembang dan sedang berkembang adalah euphemisme yang tidak tepat : kurang berkembang adalah istilah yang terang-terangan memberi kesan bahwa keadaan yang digambarkan tidak normal, tercela, dan barangkali sulit diperbaiki. Sedang untuk istilah sedang berkembang mengandung beberapa kontradiksi, misalnya ia seolah mengacu pada stagnasi atau kemunduran dunia yang padahal sedang berkembang. Menurut dia Miskin atau terbelakang secara material adalah ungkapan yang paling tepat, keduanya menggambarkan keadaan yang berfungsi sebagai dasar penggolongan; kedua istilah itu mengungkapkan fakta bahwa pembedaan tersebut hanyalah masalah derajat semata-mata dan keduanya bersifat netral dalam arti bahwa keduanya tidak memberikan kesan keadaan yang dilukiskan adalah abnormal dan tercela. Akan tetapi ia, Prof Bauer, pada umumnya menggunakan istilah “kurang berkembang” yang telah meluas sebagai sinonim untuk miskin atau terbelakang secara teknis atau material.

Berbagai Kriteria tentang “Keterbelakangan (Underdevelopment)”

Untuk memberikan definisi yang tepat tentang keterbelakangan memang tidaklah mudah. Keterbelakangan dapat didefinisikan dalam berbagai cara, misalnya dengan melihat; terjadinya kemiskinan, kebodohan atau wabah; maldistribusi atau disparitas pendapatan nasional; lemahnya administrasi (Goog Governance); tiada organisasi social (NGO atau Civil Society). Jadi tidak ada satupun definisi menyeluruh yang mencakup semua ciri dari Negara terbelakang.

Simon Kuznet memberikan tiga definisi tentang Keterbelakangan, yang pertama; keterbelakangan berarti gagal memanfaatkan secara penuh potensi produktif dengan menggunakan tingkat pengetahuan teknologi yang ada atau suatu kegagalan yang bersumber perlawanan lembaga-lembaga social (NGO). Kedua, ia dapat berarti keterbelakangan dalam kinerja (performance) ekonomi dibandingkan dengan beberapa Negara maju pada masanya. Ketiga, ia dapat berarti kemiskinan ekonomi, dalam arti kegagalan dalam menyediakan biaya hidup yang memadai dan harta benda yang memuaskan sebagian terbesar penduduk.

Masalah Negara terbelakang dalam pembicaraan saat ini mencerminkan unsure-unsur ketiga definisi tersebut; pada umumnya keakutannya timbul timbul karena kemiskinan harta benda, sebagaimana ditekankan pada definisi yang ketiga; hal itu dipertajam lagi oleh kenyataan ketertinggalan mereka dibandingkan dengan Negara-negara lain yang ekonominya telah maju; dan biasanya hal tersebut dianggap sebagai masalah social yang timbuk karena kegagalan lembaga-lembaga social, bukan karena kelangkaan pengetahuan teknologi.

Secara garis besar ada Beberapa criteria keterbelakangan, yaitu sebagai berikut;

1. Rasio Penduduk terhadap wilayah tanah.

2. Perbandingan Output Industri terhadap keseluruhan Output.

3. Rasio Modal terhadap populasi per kepala.

4. Tingkat Kemiskinan.

5. Tingkat Pendapatan Perkapita (rendah).

Kesimpulan, Negara Terbelakang adalah suatu Negara yang mempunyai prospek potensial bagus untuk menggunakan lebih banyak tenaga kerja, modal, atau sumber daya alam yang tersedia untuk menunjang penduduknya yang ada saat ini pada standar hidup yang cukup tinggi. Jika pendapatan perkapita sudah cukup tinggi maka sumber-daya2 tersebut digunakan untuk mempertahan tingkat pendapatan perkapita tersebut agar tidak turun atau rendah. Dari kesimpulan tentang definisi Negara terbelakang tersebut, maka Kriteria dasarnya menjadi; Apakah Negara itu mempunyai prospek potensial yang tinggi untuk meningkatkan pendapatan perkapita atau untuk mempertahankannya di dalam menghadapi penduduk yang semakin meningkat. Kriteria ini dapat digunakan atau diterapkan secara Universal, ia cocok untuk Negara terbelakang tidak peduli apakah ia mempunyai penduduk atau modal yang berlimpah2 atau tidak, atau perekonomian bertumpu pada pertanian ataukah industri. Kriteria ini juga menekankan arti penting pendapatan perkapita dan potensi pembangunan sebagai dua faktor penentu dalam pembangunan ekonomi.